Jumat, 17 Juni 2011

PEMATUNG

Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung
yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus,
indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah
bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana
kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan
patung karya si seniman itu. Suatu hari, datang seorang pemuda yang
merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan
semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga
diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung. Sejak hari itu,
mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan
semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan
mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat
patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya. Setelah belajar
sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil
patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun
kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam
alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan
sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan. ?Guru, bolehkan saya
meminjam alat-alat yang biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin
mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai
guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru.? ?Silakan pakai,
kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan? Ambil saja dan pakailah,?
jawab sang guru sambil tersenyum. Selang beberapa hari, dengan wajah
lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, ?Guru, saya sudah
berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alatalat
yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus
patung yang Guru buat?? ?Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih
membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda,
mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha
menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh
pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi
tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat
bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi
seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk
menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun
engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik.? ?Terima kasih
Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari
saya.? Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya
mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan
berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih
apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangantangan
terampil dan terlatih yang menggerakkannya. Demikian pula
dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga
yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta
yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati
dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang
membanggakan!!!

kisah tentang keloyalitasan seseorang

Seorang pemuda karyawan sebuah kantor sering mengeluhkan
tentang karirnya. Ia merasakan bahwa setiap kali bekerja, tidak
mendapatkan kepuasan. Karirnya sulit naik, Gaji yang didapat pun
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena itu ia pun sering
berpindah-pindah tempat kerja. Ia berharap, dengan cara itu ia bisa
memperoleh pekerjaan yang memberikannnya kepuasan, dari segi karir,
maupun gaji. Setelah sekian lama ia berganti pekerjaan, bukannya
kepuasan yang ia dapat, namun justru sering muncul penyesalan. Setiap
kali pindah pekerjaan, ia merasa menjumpai banyak kendala. Dan,
begitu seterusnya. Suatu ketika, pemuda itu berjumpa dengan kawan
lamanya. Kawan lama itu sudah menduduki posisi direktur muda di
sebuah perusahaan. Pemuda itu pun lantas bertanya, bagaimana caranya
si kawan bisa memperoleh kedudukan yang tinggi dengan waktu yang
relative cepat. "Kamu dekat dengan bosmu ya?" Tanya si pemuda
penasaran. Kawan lamanya itu hanya tersenyum. Ia tahu, si pemuda
curiga padanya bahwa posisi saat ini dikarenakan faktor koneksi.
"Memang, aku dekat dengan bos aku." Jawab kawan itu, "Tapi aku juga
dekat dengan semua orang di kantorku. Bahkan, sebenarnya aku
berhubungan dekat dengan semua orang, baik dari yang paling bawah
sampai paling atas. Kamu curiga ya? Aku bernepotisme karena bisa
menduduki posisi tinggi dalam waktu cepat?" Dengan malu, pemuda itu
segera meminta maaf, "Bukan itu maksud aku. Aku sebenarnya kagum
dengan kamu. Masih seusia aku, tapi punya prestasi yang luar biasa
sehingga bisa jadi direktur muda." Setelah menceritakan keadaannya
sendiri, si pemuda kembali bertanya, ?Kawan, apa sih sebenarnya
rahasia sukses kamu?? Dengan tersenyum bijak si kawan menjawab,
"Aku tak punya rahasia apapun. Yang kulakukan adalah
mengaktualisasikan diriku atau fokus pada kekuatan yang aku punyai,
dan berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan yang aku miliki. Itu
saja yang kulakukan. Mudahkan?" "Maksudmu bagaimana?" "Aku pun
sebenarnya pernah mengalami hal yang sama denganmu, merasa jenuh
dengan pekerjaan yang ada dan juga tak bisa naik jabatan. Namun,
suatu ketika, aku menemukan bahwa ternyata aku punya kemampuan
lebih di bidang pemasaran. Maka, aku pun mencoba untuk fokus di
bidang pemasaran. Aku menikmati bertemu dengan banyak orang. Selain
itu, aku pun mencoba terus belajar untuk mengusir kejenuhan pada
pekerjaan. Dan, inilah yang aku dapatkan.?

Anak Pemalas

Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang.
Ayah dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan
berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak
yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari segala
macam tanggung jawab. Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan
kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu.
Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua itu. Lagian, untuk apa
dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk
membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu
pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak
masuk akal. Ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan
anak tunggal mereka. Walaupun tahu bahwa seringnya memanjakan
anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka
pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si anak?
Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut. Suatu hari,
atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari,
pagi itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata
kasar, "Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati
kelaparan di sekolah ya?" Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk
apa uang saku, toh nanti habis lagi?"Demikian pula saat sarapan pagi,
dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak
itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya?
Aku buru-buru mau ke sekolah." "Untuk apa makan? Toh nanti lapar
Generated by Foxit PDF Creator ? Foxit Software

Disadur dari www.andriewongso.com
Disadur dari www.andriewongso.com
lagi?" jawab si ibu tenang. Sambil kebingungan, si anak berangkat ke
sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia
merasa tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia
merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.
Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata,
"Anakku. Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur.
Setelah itu, ada tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan
kotor. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya dan akan terus
begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang
makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus
juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari
harus mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan
ini itu karena dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti." Si
anak menganggukkan kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya
juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."
Disadur dari www.andriewongso.com
Disadur dari www.andriewongso.com

Jumat, 03 Juni 2011

KISAH HARU

Kisah Haru Dari Seorang Anak Kecil .... Silahkan meneteskan air mata

Ni cerita bikin ane nangis gan.. sungguh mengharukan.

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?... Bagaimana Dita mau bermain nanti ?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..



Makanya sayangilah anak kita walau bagaimanapun karna itu adalah darah daging kita.

Tolong ksih ijo2nya ya gan

Ane ga mengharapkan

Sekalian di rate ya...